Keterampilam Berpikir Kritis (Critical Thinking) bagi mahasiswa Farmasi
Dr. Haeria Doloking, M.Si
Fokus utama pendidikan adalah untuk mendorongperkembangan pembelajar untuk membawa mereka daritempat mereka sekarang, ke tingkat perkembangan yang baru. Model pengembangan intelektual Perry menyoroti ini bahwa; Perkembangan pemikiran kritis didukung sebagai hasilpenting dari Pendidikan yang lebih tinggi. Perkembangankognitif sangat didukung oleh Pendidikan jenjang lebih tinggi. Lebih khusus lagi adalah kemampuan meta analisis dariberpikir kritis dalam profesi kesehatan termasuk farmasi. Kemampuan berpikir kritis ini sangat berkorelasi dengankeberhasilan akademik. Sejalan dengan itu, maka Pendidikan farmasi mengalami perubahan dan perkembangan dari waktuke waktu yang merupakan hasil atau akibat dari pemahamanmengenai pentingnya berpikir kritis, agar menjadi sebuahkebiasaan berpikir.
Di lingkungan Pendidikan farmasi, sangat sering kitadengar istilah ‘berpikir kritis”. Misalnya, pengajar dapatmerujuk pada pemikiran kritis ketika membahas bagaimanasiswa perlu membuat asumsi yang dapat dipertahankan untukkasus pasien, atau memilih terapi terbaik dari antara pilihanpengobatan untuk keadaan khusus pasien. Kemampuanberpikir kritis ini juga sangat penting dalam usaha penemuandan pengembangan obat baru. Dalam hal ini objek berpikirkritis bukan hanya terbatas pada struktur molekul obat, sifatfisika kimianya, stabilitasnya, tetapi juga mencakuppemahaman menyeluruh mengenai tempat aksi obat, daritingkat seluler hingga tingkat molekuler. Berpikir kritistertanam dalam kebiasaan pikiran kita, meskipun tidak secarakhusus disebutkan sebagai kebiasaan tunggal yang berbeda. Singkatnya, kebiasaan berpikir merupakan keterampilan yang penting untuk diterapkan dalam pembelajaran di farmasi.
Mengapa harus berpikir kritis? Model Pemikiran Kritisyang di kembangkan lebih dari satu dekade yang lalu oleh Marzano dkk, Dimensi model Pembelajaran memberikansebuah kerangka berpikir kritis sebagai bagian dari kebiasaanpikiran dasar. Dalam kerangka kerja ini, kebiasaan pikiranadalah satu dimensi, sementara pemikiran kompleks adalahdimensi lain; kebiasaan pikiran adalah kemampuan kognitifyang dibutuhkan untuk pemikiran yang kompleks.
Gambar 1. Kerangka kognitif Pendidikan farmasi
Farmasi ditinjau dari objek materinya, memilikikerangka dasar dari ilmu-ilmu alam; Kimia, Biologi, Fisikadan Matematika. Sedangkan ilmu farmasi ditinjau dari objekformalnya merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmukesehatan. Secara historis ilmu farmasi dikembangkandari medical sciences, yang berdasarkan kebutuhan yang mendesak perlunya pemisahan ilmu farmasi sebagai ilmupengobatan dari ilmu kedokteran sebagai ilmu tentangdiagnosis.
Dari uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa ilmufarmasi mebutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif dari ilmu kimia, biologi, fisika, matematika, dan medical sains. Pemahaman mendasar dari kajian inidiberikan dalam jenjang Pendidikan sarjana, sedangkan kajianintegratifnya mulai diperkenalkan dalam beberapa kajianseperti formulasi dan pembuatan sediaan farmasi, analisiskualitatif dan kuantitatif senyawa obat, serta pembahasanmengenai aktivitas biologis dan farmakologis dari suatusenyawa obat.